"Mengapa sistem ekonomi kapitalisme harus dilawan? Mengapa tidak kita manfaatkan saja? Kapitalis kan menyumbang pajak buat negara dan tentu menambah pendapatan negara. Saya pikir kita harus memanfaatkan sistem kapitalisme.” Kalimat tersebut disampaikan oleh seorang peserta diskusi dalam suatu agenda diskusi kelompok studi BARSDem beberapa bulan yang lalu. Hal tersebut mengundang perhatian penulis untuk mencoba menjawab hal tersebut.
Memang benar bahwa para kapitalis menyumbang pajak buat negara. Namun dibalik itu ada hal terselubung yang perlu diperjelas.
Apa yang salah dari kapitalisme? Sebelum sampai ke sana, saya akan mengutip pengertian kapitalisme dari kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), “sistem dan paham ekonomi (perekonomian) yang modalnya (penanaman modalnya, kegiatan industrinya) bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan dalam pasaran bebas."
Dalam sistem ekonomi kapitalisme, setiap individu memiliki kebebasan penuh untuk akumulasi modal. Persaingan atau kompetisi adalah kewajaran dan pasar menjadi arena pembuktian kekuatan. Kapitalis sebisa mungkin harus mengusahakan agar hasil produksinya laku dipasaran. Oleh karena itu setiap kapitalis harus selalu mengembangkan alat produksinya untuk menjamin mutu hasil produksi.
Kapitalisme yang pernah dianggap Adam Smith dkk, akan membawa masyarakat ke pintu kesejahteraan dan kemerdekaan sejati malah membawa masyarakat ke jurang penderitaan. Persaingan yang mewajibkan adanya kekalahan dan kemenangan, membuat pihak yang kalah harus gulung tikar dan menutup usahanya yang secara langsung membuat para pekerja mesti kehilangan pekerjaannya. Kualitas hasil produksi dan minimnya modal menjadi faktor penentu kekalahan.
Logika kapitalis untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya menjadi malapetaka bagi buruhnya. Semakin kecil upah buruh maka semakin bertambahlah untung kapitalis, sedangkan semakin besar upah buruh maka semakin berkuranglah untung kapitalis. Sudah tentu para kapitalis akan memilih untung yang besar. Apalagi jika keadaan memaksa alat produksi harus dikembangkan, akan diperlukan biaya yang besar. Untuk itu, kapitalis mesti memangkas upah buruh demi mendapatkan dana.
Disamping itu ketika alat produksi diperbaharui, maka alat produksi semakin maju dan tidak lagi membutuhkan jumlah buruh yang besar. Dalam situasi ini, jumlah buruh akan dipangkas (PHK) yang kemudian menjadi pengangguran. Kemudian naiknya jumlah pengangguran menambah kesulitan persaingan untuk mencari lapangan pekerjaan. Persaingan tentu melahirkan watak individual yang membuat bangsa kita semakin terpecah. Kebersamaan dan gotong royong yang merupakan budaya luhur bangsa akan terus terkikis hingga mendekat ke ambang kehancuran.
Yang terakhir adalah inti masalah di sistem kapitalisme, yaitu penghisapan kapitalis terhadap kaum buruh. Kaum buruh yang menghabiskan waktunya untuk bekerja, tidak mendapatkan hasil sesuai dengan kerjanya. Sedangkan kapitalis yang hanya duduk tenang malah mendapatkan hasil yang sangat besar jika dibanding dengan upah buruh. Disanalah ketidakadilan itu tampak dan menjadi cerminan dari sistem kapitalisme yang hanya berpihak kepada pemilik alat produksi.
Itulah alasan mengapa sistem kapitalisme harus dilawan. Karena kapitalis tidak akan bisa bergerak dan menghisap jika tidak diizinkan oleh sistem kapitalisme.
Robby Fibrianto Sirait
0 komentar:
Posting Komentar