Sepenggal Cerita Tentang Prikitiw




Dengan jari telunjuk tangan kiri dan kanan, aku memulai menulis barisan huruf yang menjadi beberapa kata hingga susunan kalimat. Jujur, aku merasa khawatir dan sedikit malu membumikan setiap kata yang ada dipikiran ini. Sudahlah, kuberanikan saja.......
Tapi tiba-tiba ideku hilang. Aku lupa. Kini kutak tau apa yang harus kutulis. Aku mencoba mengingat-ingat yang telah kugagas tadi. Tak berapa lama terlintas wajah seorang gadis cantik dibenakku. Ya, aku mengenalnya. Dia adalah gadis yang pernah aku sukai. Paras manisnya terus merasuki pikiranku. Akalku sulit berpikir. Tidak ada yang terlintas dibenakku selain namanya. Prikitiw, Prikitiw, oh Prikitiw. Serasa akalku dapat bercakap-cakap. Perasaanku menjadi gundah. Jantungku berdegup kencang memompa aliran darah ditubuh. Rasanya darah ini ingin muncrat keluar dari tubuh menembus pori-pori kulitku. ”Ah jantung! Janganlah kau terlalu kencang memompanya. Bisa mampus aku.” Inilah akibatnya kalau terlalu sering memikirkanmu, Prikitiw.
Prikitiw, hatiku perih serasa tersayat ketika kau mengucapkan kata-kata itu. Kata-kata super yang begitu menyakitkan. “Dang holong rohakku tuho, luluima naasing gabe donganmu” (aku tidak menyukaimu, carilah yang lain menjadi kekasihmu). Saat itu aku terdiam. Tubuh ini layaknya patung, diam tak bergerak. Hanya dada yang sedikit bergetar akibat paru-paruku yang masih bekerja memasuk keluarkan udara di hidungku. Uhhh, walau kata-kata itu tidak langsung kau ucapkan didepan mukaku, tapi rasanya amat menyakitkan, seperti rasa pedas yang paling tak kusuka yang selalu membuat muka hitam ini menjadi memerah. Pesan sms itu masih tersimpan dikotak masuk handphone sam#ung jadul miliiku. Pesan singkat itu sengaja kusimpan agar ketika mengingatmu, aku dapat menyingkirkanmu dari pikiran ini. Ya, pesan sms itu selalu menumbuhkan kebencian “sesaat” kepadamu.
Aku masih ingat waktu aku pertama kali melihatmu di lapangan sepak bola. Ketika itu ada pertandingan final sepakbola yang berlokasi di desa Ambarita, dekat dengan kampungmu. Aku melihatmu duduk di pinggir lapangan, tepat di sebelah kiri penjaga gawang yang berada disebelah timur. Saat itu kau sungguh anggun dengan rambut panjang dengan sedikit gelombang pada ujungnya. Kaos putih yang kau kenakan sangat sinkron dengan body proporsionalmumu dipadu dengan kulit putih yang membuatku seperti mendidih waktu itu. Ah, kalo kubayangkan, jadi terlena aku. Iya, cinta ini muncul disaat kedua mata ini pertama kali mengarah kepadamu.
Aku tau kau seorang gadis pintar dan cerdas. Kau adalah mahasiswa jurusan Sosiologi di salah satu universitas negeri di Sumatera Utara. Aku mengetahui itu, saat pertama kali menemukanmu di akun facebookku. Aku mengunjungi profilmu dan melihat “sedikit” tentang identitasmu. Disana tertera seperti yang kutulis diatas. Disana aku menemukan beberapa kata yang membuatku begitu tertarik kepadamu. Disana kau tulis, kau menyukai Karl Marx, seorang tokoh sosiologi yang terkenal dengan sosialisisme ilmiahnyanya. Orang dikampungku sering menyebutnya siperintis “komunis”. Kau tau? Dikampungku kata “komunis” sedikit sensitif. Katanya dahulu orang-orang yang berbau komunis sering kali menghilang entah kemana. Ada juga yang tiba-tiba meninggal. Aku tak tau pastinya kenapa itu bisa terjadi, ah maklumilah aku belum ada di dunia fana ini saat itu. Memang kata buku sejarahku ini ulah mantan presiden kita. Agak segan aku menyebut namanya. Katanya dia anti komunis. Soeharto, hehe, iya dia takut Komunis akan mengganggu posisinya di pemerintahan. Kenapa? Karena Soeharto dekat dengan para kaum kapitalis yang notabene merupakan musuh sejati kaum komunis layaknya kontradiksi dasar antara borjuasi dan proletariat.
Tapi orang kampungku selalu menganggap komunis sesuatu yang tidak benar. Katanya komunis itu tidak ber-Tuhan. Ah, lagi-lagi mereka gagal paham. Mereka mungkin belum mengenal Haji Misbach dan Amir Syarifuddin yang merupakan dua komunis yang taat beragama. Tapi apa benar kau seorang komunis? Aku tak tau, hanya kau dan tukang becak yang tau, hehe.
Kau adalah seorang fans Liverpool. Aku fans Chelsea. Kau pecinta tim merah, aku pecinta tim biru. Sloganmu YNWA, sloganku KTBFFH. Keduanya memang rival. Itu menandakan kau dan aku tidak akan bersatu. Lagian aku sudah tak menginginkanmu. Aku telah melenyapkanmu dari hati yang suci ini. Hahahahah.
Tusssssssssssssssssssss. Tiba-tiba aku mendapatkan kembali ideku. Ide yang sudah kurencanakan itu. Entah dari mana tadi datangnya, aku tidak tau. Wah, ternyata ideku itu adalah kau. Menulis tentang kau. Berarti aku tidak lupa dong. Iya aku tidak lupa, aku hanya pura-pura lupa.

Robby Fibrianto Sirait
Catatan: Prikitiw hanyalah nama samaran
Tulisan ini sudah pernah dipublikasi di kompasiana dan sudah banyak mengalami perubahan dari pertama kali di publikasi
Penulis hanyalah mahasiswa biasa yang sedang belajar mengabadikan ide-ide dalam bentuk tulisan

0 komentar:

Posting Komentar