Mengenal Cinta




Aku akan sedikit bercerita tentang dinamika rasa. Tulisan ini termotivasi dari tulisan kedua sahabatku: Si lelaki berkharisma (Agum) dan si lelaki biasa (Iskandar) terkait cinta merupakan materi atau tidak.
Menurutku tulisan itu luar biasa dengan diksi yang begitu renyah dan mudah dipahami.
Oke, cerita dilanjut. Tapi sebelumnya, kita harus mengetahui defenisi cinta. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Cinta adalah (rasa) suka sekali. Kalau boleh menambahi, aku memberi arti bahwa cinta merupakan perasaan suka sekali terhadap suatu objek tertentu yang dapat menyebabkan dilanda rindu yang sangat berlebihan. Jadi objek yang akan kita bahas ialah perempuan.
Saat ini, si lelaki berkarisma sedang jatuh cinta dengan seorang perempuan. Sebut saja si perempuan itu dengan "perempuan sholeha". Dia jurusan geografi. Bertetanggaan dengan jurusan kami. Kalau kulihat parasnya tidak terlalu cantik. Hanya saja kulitnya putih dan begitu polos secara berpakaian. Dia memakai hijab panjang.
Jadi yang kulihat si kawan sedang kecanduan dengan si perempuan ini. Kalau tak melihatnya sehari saja, dia akan sakau dan lemas serta menggerutu liar. Dia akan berkata "gak ada masih kunampak dia. Kawani dulu aku kesana, mana tau disitu dia". Si lelaki berkarisma seolah-olah termakan sihir si perempuan sholeha.
Sementara, kalau ditinjau secara historis tak banyak pengalaman yang sudah dilalui si lelaki berkarisma dengan perempuan sholeha itu. Mereka hanya sekali saja bicara secara langsung. Selebihnya lewat BBM. Yang membingungkan ialah, kok bisa si lelaki berkarisma jatuh cinta padanya? Padahal belum mengenalnya secara mendalam. Bahkan si kawan sudah siap menerima resiko patah hati kalau suatu saat mereka dibatasi oleh agama. Jadi apasih yang terjadi dengan si kawan?? Cinta kah?
Sebenarnya hal ini juga pernah kurasakan. Aku mencintai gadis yang tidak kukenal sifat dan perilakunya. Komunikasi jarang. Ketemu jarang. Namun, aku selalu merindukan saat-saat melihat wajahnya yang begitu anggun. Hingga suatu waktu aku mendeklarasikan bahwa aku susah untuk melupakannya. Kedua kawanku (Novi Dan Jimmi) yang begitu kukasihi sontak berkata "Kau menghayal Rob. Jumpa gak pernah. Ketemuan gak pernah. Dasar!!!!".
Betul juga pikirku. Semakin lama aku menuduh diriku sudah menghayal begitu dalam. Hingga suatu waktu aku tersadarkan oleh keadaan. Saat ini aku mencintai seseorang yang sudah cukup lama kukenal. Aku dan dia berjumpa cukup intens. Namun kali ini berbeda. Cinta itu muncul bukan dari fisik si perempuan itu. Namun muncul dari perilakunya yang begitu baik. Sehingga aku sangat merindukan kehadirannya ketika dia berada di kejauhan.
Jadi inikah yang disebut dengan cinta yang sebenarnya?
Menurutku tidak. Hingga saat ini pandangan setiap orang terhadap cinta masih relatif berbeda dan sangat abstrak. Jika kita merujuk dari ketetapan kbbi, yang merupakan "suka sekali", maka cinta dapat dibagi menjadi dua. "Suka sekali" terhadap fisik dan "suka sekali" terhadap sifat dan perilaku. Bahkan bisa menjadi tiga yaitu "suka sekali" terhadap fisik sekaligus sifat dan perilakunya.
Oleh karena itu, aku berani menyanggah kedua teman yang mengatakan bahwa aku menghayal. Kenapa? Karena aku memang memiliki rasa suka sekali terhadap fisik si perempuan sebelumnya.
Si lelaki berkarisma juga demikian. Walau dia tak mengenali perilaku si perempuan sholeha, namun dia sudah dirasuki candu yang muncul secara natural akibat fisik si perempuan sholeha. Karena itu juga lah makanya sering terjadi love at the first sight (cinta pada pandangan pertama). Intinya cinta itu bukan harus mencintai perilaku dan sifat atau mesti sudah memiliki pengalaman bersama sehingga menciptakan kesan yang tak terlupakan.
Oleh karena itu, ketika kita mencintai seseorang, kenali dahulu cinta yang kita miliki. Cinta terhadap fisik atau cinta terhadap perilaku? Jika cinta kita timbul karena fisik, idealnya sebelum melakukan pendekatan, cari tau dahulu bagaimana sifat dan perilakunya. Supaya kita tak menyesal di kemudian hari setelah mengetahui bagaimana sifat dan perilaku si seseorang tersebut. Sedangkan, kalau kita mencintai seseorang karena sifat dan perilakunya, itu merupakan hal yang sangat bagus. Sebab secara tidak langsung, kita sudah bisa menerima kekurangan dan kelebihan fisik luar si seseorang.

Robby Fibrianto Sirait

0 komentar:

Posting Komentar